Jumat, 08 Januari 2010

Kliping seputar berita kakao

Perkebunan Saat Audiens Dengan Petani
ditulis oleh HUMAS LUTRA
Saturday, 17 October 2009

MASAMBA; Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Departemen Pertanian RI, Ir. Ahmad Manggabarani berjanji tahun 2010 akan mengalokasikan langsung dana Gerakan Nasional (Gernas) Kakao ke Pemerintah Kabupaten Luwu Utara tanpa harus singgah lagi di Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan seperti yang terjadi saat ini pengadaan pupuk, bibit/entries hingga pestisida masih ditangani Pemerintah Provinsi. Hal tersebut diungkapkan Ahmad Manggabarani saat audiens dengan petani Luwu Utara dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Masamba, Jumat (16/10).



“Kita akan mandirikan daerah pengembangan kakao seperti di Luwu Utara yang telah tercapai targetnya sehingga pengadaan sarana gernas kakao ditangani langsung Pemerintah Kabupaten Luwu Utara” kata Ahmad Manggabarani.



Dengan diterapkannya system daerah mandiri kakao, lanjut Ahmad Manggabarani tidak aka nada lagi keterlambatan sarana gernas yang dapat mempengaruhi proses penanaman kakao. “Yang bagus pencapaiannya kita akan tambah namun bagi daerah yang tidak tercapai targetnya akan dikurangi. Dan yang jelas di Luwu Utara pencapaiannya bagus tentunya tahun depan alokasi anggarannya juga kita akan tambah”ujarnya.



Kunjungan kerja Dirjen Perkebunan selain di Luwu Utara juga di Provinsi Sulawesi Barat guna mengevaluasi perkembangan kakao melalui program gernas. Evaluasi tanaman kakao terlihat saat pembibitan sematic embriogenetis (SE) Desa Baebunta Kecamatan Baebunta dan Desa Uraso Kecamatan Mappedeceng, Dirjend merasa bangga dan terharu penanganan SE dinilai berhasil.



Kabupaten Luwu Utara yang dikenal sebagai sentra penghasil kakao terbesar di Sulawesi Selatan dengan luas areal 56,939 hektar, tahun ini Pemerintah Pusat mengalokasikan anggaran sebesar Rp 79,43 Milyar diperuntukan untuk kegiatan peremajaan 900 hektar, rehabilitasi 6.900 hektar dan instensifikasi seluas 4.600 hektar. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara sendiri tahun 2007 telah mengalokasikan kegiatan rehabilitasi sambung samping seluas 1.000 hektar, tahun 2008 seluas 3.000 hektar dan tahun ini 4.000 hektar diharapkan dapat mengatasi lesuhnya produksi dan produktifitas serta kualitas kakao akibat serangan hama PBK, VSD dan bencana alam.



Dari anggaran Rp 79,43 Milyar tersebut, sebesar Rp 44,3 Milyar di kelola Pemerintah Kabupaten Luwu Utara dan Rp 35,13 Milyar dikelola Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan untuk membiayai kegiatan pengadaan pupuk, pestisida dan pengadaan bibit sematic embryogenesis. Sebesar Rp 20,68 Milyar atau 46,68 persen dana program Gernas Kakao diterima langsung ke petani dalam bentuk tunai. Petani kakao sendiri dalam Gernas Kakao ini akan memperoleh upah sebesar Rp 5,5 Milyar berupa upah persiapan lahan dan penanaman sebesar Rp 1 juta per hektar dalam kegiatan peremajaan serta upah pemeliharaan dan pemupukan tanaman sebesar Rp 1 juta per hektar untuk kegiatan instensifikasi.



Selain itu, petani penangkar sumber entries, juga mendapat harga entries sebesar Rp 8,28 Milyar dari 6,9 juta enteris dengan harga per tangkai Rp 1.200. Peruntukan lain juga berdampak kepada petani terampil sambung samping (okulator) juga memperoleh dana sebesar Rp 6,9 Milyar dari upah sambung samping sebesar Rp 6,9 juta entries dengan biaya Rp 1.000 per pohon atau Rp 1 juta per hektar. “Sekarang ini petani enak bantuan diberikan secara gratis, berbeda ditahun sebelumnya bantuan sifatnya pinjaman. Berkebun sendiripun dibantu baik saat pembersihan lahan, membuat lubang, sambung samping hingga pupuk dan pestisida sehingga diharapkan petani betul-betul mensyukuri program gernas ini” tandas Ahmad Manggabarani



Ahmad Manggabarani Ancam Hentikan Dana
Laporan: Ruslan Amrullah/Mursalim Djafar. tribuntimur@yahoo.com
Kamis, 15 Oktober 2009 | 20:14 WITA

Mamuju, Tribun - Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian Ahmad Manggabarani mengancam akan menghentikan dana untuk membiayai Gerakan Nasional Kakao jika penerima dana tersebut tidak menjalankan program sebagaimana mestinya.

Mamuju dan sejumlah daerah di Sulbar juga akan merasakan ancama ini jika tidak menjalankan program sebagaimana mestinya. Ini dikatakan Ahmad saat melakukan kunjungan kerja di Mamuju siang tadi. Ahmad ke Mamuju menemani investor yang akan membuar sawah seluas 10 ribu hektare.

Selama ini Mamuju dikenal sebagai pemasok kakao terbesar di Indonesia. Kakao dari Mamuju dikapalkan dari Makassar menuju berbagai penjuru dunia.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar